A. Latar Belakang Masalah
Bahasa Inggris merupakan bahasa
internasional yang digunakan oleh sebagian besar penduduk dunia. Sebagaimana
pendapat wardhaugh, Ronald (1986:55), “Today,
English is used in very many places and for very many purposes as a lingua
franca, e.g. in travel and often in trade. “Artinya, bahasa inggris saat
ini digunakan di berbagai daerah (di seluruh dunia) dan digunakan untuk
berbagai tujuan, sebagai bahasa persatuan, contohnya dalam perjalanan dan
perdagangan antar negara. Dengan bahasa Inggris, dua negara yang memiliki
bahasa yang berbeda dapat melakukan transaksi ekonomi dengan mudah. Begitu pula
dengan para mahasiswa yang semakin berkembangnya teknologi mereka dapat
mengasah kemampuan bahasa ingris mereka atau mengembangkan profesi dalam media online (e-mail, facebook, twitter, yahoo messenger). Oleh karena itu ,
pelajaran Bahasa Inggris sangat penting diajarkan di sekolah-sekolah di seluruh
dunia. Termasuk Indonesia.
Pembelajaran bahasa Inggris di
sekolah-sekolah di seluruh Indonesia ditekankan kepada penguasaan empat aspek
keterampilan berbahasa, yaitu listening,
speaking, reading, writing. Hal ini
sejalan dengan fungsi dan tujuan bahasa Inggris sebagaimana tercantum dalam
kurikulum mata pelajaran Bahasa Inggris (2004:14),” … kemampuan berkomunikasi
(dalam bahasa Inggris) meliputi mendengarkan (listening), berbicara (speaking),
membaca (reading), dan menulis (writing). “ Keterampilan-keterampilan
bahasa ini sangat penting dan saling mendukung satu sama lain. Keterampilan listening tidak akan berfungsi sempurna
tanpa keterampilan speaking, reading, dan
writing. Begitu juga dengan
keterampilan writing akan kurang
berarti tanpa ketiga keterampilan lainnya.
Keterampilan writing dalam komunikasi memiliki peranan cukup penting dari tiga
ketermpilan lain karena dengan kemampuan menulis , seseorang dapat menuangkan
apa yang ada dalam pikiran melalui bentuk tulisan, dan itu dapat menjadi sebuah
karya tulis yang dapat menghasilkan dan diterima oleh masyarakat. Tidak jarang
sebuah perusahaan meminta seorang
pelamar kerja untuk menulis sebuah karangan cerita atau sebuah karya tulis
sebagai syarat untuk bisa bekerja di perusahaan tersebut. Dengan kata lain,
kemampuan menulis dalam bahasa Inggris memiliki peranan cukup penting dalam
dunia kerja.
Pada umumnya, siswa di sekolah-sekolah
menganggap sulit pelajaran bahasa Inggris terutama writing. Siswa biasanya mengalami kesulitan untuk menggunakan pola
kalimat yang benar. Para siswa kurang memahami bentuk tenses apa yang harus digunakan. Selain itu, mereka juga tidak
memiliki keberanian untuk menuliskan kata-kata dalam bentuk kalimat. Hal ini
disebabkan oleh kurangnya vocabulary
yang dimiliki dan ketidakpahaman akan penyusunan kata-kata tersebut dengan pola
yang tepat sesuai konteks kalimat yang akan ditulis.
Kalimat bahasa Inggris memiliki
pola-pola khusus yang dikenal dengan tenses.
Tenses diperlukan untuk menentukan
kapan kejadian dilaksanakan. Penggunaan Tenses
yang tepat akan memperjelas suatu kalimat sehingga pembaca akan mudah
memahami maksud penulis. Dengan demikian, tenses
penting dipelajari untuk meningkatkan kemampuan menulis.
Penguasaan tenses yang baik diduga akan berpengaruh terhadap kualitas writing seorang siswa karena selain
menghasilkan tulisan yang benar dan bermakna juga akan menimbulkan rasa percaya
diri siswa. Semakain baik penguasaan
tenses siswa, maka akan semakin baik pula kualitas tulisan bahasa Inggris
yang dibuatnya.
Berdasarkan gambaran diatas, penulis
tertarik untuk melakukan penelitian berjudul, “The Correlation between Students’s Tenses Mastery and Their Writing
Ability (A Correlational Study at the eleventh
Grade of SMAN 7 Tasikmalaya)”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas,
penulis merumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut, “Apakah terdapat
hubungan yang signifikan antara penguasaan
tenses siswa kelas XI SMAN 7 Tasikmalaya dan kemampuan mereka dalam menulis
bahasa inggris?”
C. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui hubungan antara penguasaan
tenses siswa kelas XI SMAN 7 Tasikmalaya dan kemampuan mereka dalam menulis
bahasa Inggris.
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Keguanaan
teoritis
Sebagai sumber informasi untuk peneliti
selanjutnya.
2. Keguanaan
praktis
Member gambaran umum kepada guru bahasa
Inggris khususnya tentang kemampuan siswa kelas XI SMAN 7 Tasikmalaya dalam
mempelajari tenses serta kaitannya
dengan keterampilan menulis.
3. Kegunaan
Empiris
Menambah pengalaman bagi penulis sendiri
berkenaan dengan kemampuan meneliti dan kemampuan tenses juga writing.
E.
Landasan Teoritis
1)
Kemampuan Menulis Bahasa Inggris
a.
Pengertian Kemampuan Menulis Bahasa Inggris
Terdapat beberpa pengertian menulis,
1) Menurut
Gould Eric, et.al (1989:18) , “writing is a creative act, the act of writing is a creative because its
requires to interpret or make sense of something : an experience, a text, an
event. “Artinya Menulis adalah perilaku kreatif karena membutuhkan
pemahaman atau merasakan sesuatu : sebuah pengalaman, sebuah cerita, sebuat peristiwa.
2) Menurut
Lado dalam Elina Syarif, Zulkarnaini, Sumarno (2009 :5), “Meletakan symbol
grafis yang mewakili bahasa yang dimengerti orang lain.
3) Menurut
Taringan, Henry Guntur (1986:15), “Menuilis dapat diartikan sebagai kegiatan
menuangkan ide/gagasan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai media penyampai.
“
Berdasarkan penjelasan diatas, penulis menyimpulkan bahwa menulis adalah
perilaku kreatif yang membutuhkan pemahaman atau merasakan sesuatu : sebuah
pengalaman, cerita, peristiwa untuk menuangkan ide/gagasan dengan
menggunakan bahasa tulis yang mewakili bahasa yang dimengerti orang lain
sebagai media penyampai.
Sedangkan pengertian kemampuan secara umum berdasarkan Grolier
International dictionary (1981:;). “Ability
is the quality of being able to do something physical, mental, financial, or
legal power to perform. “ Artinya kemampuan adalah kualitas untuk dapat
melakukan sesuatu baik secara fisik, pikiran, financial, atau kekuatan untuk
dipertunjukan.
Dengan demikian, kemampuan menulis bahasa Inggris adalah sebuah kualitas
perilaku kreatif yang membutuhkan pemahaman atau merasakan sesuatu : sebuah
pengalaman, cerita, peristiwa untuk menuangkan ide/gagasan dengan menggunakan
bahasa tulis yang mewakili bahasa yang dimengerti oranglain sebagai media
penyampai.
Untuk dapat menuangkan serta menyampaikan ide, gagasan, dan persaan
dengan tujuan untuk menggambarkan ide, gagasan, atau perasaan tersebut dalam
bahasa tulis dibutuhkan pola, arahan dan tahapan tertentu. Sehingga dewasa ini
di gunakan genre (ragam teks) sebagai
salah satu teknik pembelajaran bahasa baik lisan maupun tulisan. Terdapat
banyak ragam teks, antara lain
descriptive, narrative, recount, anecdote, procedure dan report. Yang dimaksud kemampuan menulis
ini adalah kemampuan menulis dalam writing
story berbentuk teks naratif.
b.
Teks Naratif
Terdapat beberapa
pengertian teks naratif,
1) Menurut
Taufik (2012:12).
Narrative teks adalah teks yang berisi berupa cerita rakyat (folktale),
cerita binatang (fable), legenda (legend), cerita pendek, dll). Di dalamnya
terdapat konflik/puncak masalah yang di ikuti dengan penyelesaian. Fungsi utama
teks ini adalah untuk menghibur pembaca.
2) Berdasarkan
Wikipedia (2012:12). “Narrative is a
story that is created in a constructive format (as a work of writing, speech,
poetry, prose, pictures, song, motion-pictures, video games, theatre or dance)
that describes a sequence of fictional or non-fictional events. “ Artinya,
naratif adalah sebuah cerita yang ditulis dalam sebuah format konstruktif
sebagai karya tulis,lisan, puisi, prosa, gambar, lagu, gambar bergerak,
permainan, teater atau tarian, yang menggambarkan seial kejadian cerita fiktif
atau non-fiktif.
Berdasarkan pengertian diatas, penulis
menyimpulkan bahwa teks naratif merupakan teks yang menceritakan sebuah kisah
atau dongeng, dapat berupa cerita rakyat, cerita binatang, legenda, atau cerita
pendek yang di dalamnya menggambarkan, serial kejadian baik fiktif maupun
non-fiktif, dan memiliki fungsi untuk menghibur.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kemampuan
menulis bahasa Inggris dalam penelitian ini adalah kualitas perilaku kreatif
yang membutuhkan pemahaman atau merasakan sesuatu : sebuah pengalaman, cerita,
peristiwa untuk menuangkan ide, gagasan, perasaan dengan menggunakan bahasa
tulis yang mewakili bahasa yang dapat dimengerti oranglain dengan tujuan
menuangkan ide, gagasan, perasaan tersebut yang diwujudkan dalam menulis
kembali sebuah kisah atau dongeng.
2.
Penguasaan Tenses
a. Pengertian Tenses
Terdapat beberapa pengertian mengenai tenses,
1) Menurut
Honby, A. S. (1975:78),
Tenses
may indicate whether an action, activity, or state is past, present, or
future. Tenses may also indicate
whether an action, activity, or state is, was, or will be complete, or whether
it is, was, or will be progress over a period of time.
Artinya, tenses dapat menunjukan apakah suatu kejadian , aktivitas, atau
pernyataan dilakukan di masa lampau , kini, atau akanan. Tenses juga dapat menandakan apakah suatu kejadian, aktivitas,
atau pernyataan sedang dilakukan, telah, atau akan berlangsung selama periode
tertentu.
2) Menurut
erichsen, Gerald (2010:1),
Tense
is a verb form that indicates, or can indicate, a relationship between the time
the action in a verb occurs and the time the verb is uttered. A verb tense can
also give an indication of the duration of the verb’s action and when or if it
is completed.
Artinya, tenses adalah sebuah bentuk kata kerja yang menandakan atau dapat
menandakan suatu hubungan antara waktu saat suatu kejadian berlangsung dan
waktu saat kejadian itu di ceritakan. Sebuah kata kerja tense juga dapa memberikan petunjuk lamanya tindakan dilakukan dan
kapan tindakan tersebut selesai.
3)
Menurut
Stanley seperti dikutip oleh hariani, siti (2010:1), “tense is a verb tense indicates the relationship between an action or
state of being
and the passage of time…” Artinya, tenses adalah bentuk kata kerja yang menunjukan waktu dan
menandakan hubungan suatu kejadian atau pernyataan dari suatu kejadian dengan
waktu yang telah lalu.
Berdasarkan
beberapa pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa tense adalah bentuk –bentuk kata kerja dalam bahasa ingris yang
menunjukan suatu kejadian atau perbuatan, dihubungkan dengan waktu saat
kejadian atau perbuatan itu diceritakan.
Sedangkan pengertian penguasaan, “Mastery
is possession of consummate skill “. (The Grolier International Dictionary,
1981:804). “Artinya, penguasaan adalah kepemilikan akan suatu keterampilan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penguasaan tenses yaitu kepemilikan keterampilan dalam hal perubahan
bentuk-bentuk kata kerja dalam bahasa
inggris yang menunjukan suatu kejadian atau perbuatan, dihubungkan dengan waktu
saat kejadian atau perbuatan itu diceritakan.
b. Jenis-jenis Tenses
Terdapat
beberapa anggapan berbeda mengenai jenis-jenis tenses.
Berikut adalah
16 jenis tenses yang penulis rangkum
dari beberpa sumber :
a) Simple Present Tense
b) Present Continous Tense
c) Present Perfect Tense
d) Present Perfect Continous Tense
e) Simple Past Tense
f)
Past
Continous Tense
g) Past Perfect Tense
h) Past Perfect Continous Tense
i)
Present
Future Tense
j)
Future
Continous Tense
k) Future Perfect Tense
l)
Future
Perfect Continous Tense
m) Past Future Tense
n) Past Future Continous Tense
o) Past Future Perfect Tense
p) Past future Perfect Continous Tense
Dalam penelitian ini, tenses yang dibahas hanya yang diajarkan di tingkat SMA dan yang
berkaitan dengan teks naratif yaitu
Simple Past Tense, Past Continous Tense, dan Past Perfect Tense.
c.
Simple Past Tense
Terdapat
beberapa pengertian mengenai simple past tense,
1) Menurut
Murphy, Raymond (1990:22), “We use the
past simple to talk about action or situation in the past.” Artinya, kita
menggunakan simple past tense untuk menceritakn kejadian atau keadaan masa
lampau.
2) Menurut
Wiliting (1981:18), “The simple past tense
represents an action state as belonging to time wholly past. “ Artinya, simple past tense menunjukan suatu
kejadian yang dilakukan atau yang terjadi pada waktu lampau dan sudah tidak ada
hubungannya dengan waktu sekarang.
Penulis menyimpulkan bahwa simple
past tense adalah salah satu jenis tense
yang digunakan untuk menceritakan keadaan atau kejadian di masa lampau.
d. Past Continous Tense
Terdapat
pengertian past continous tense
menurut para ahli,
1)
Menurut Hornby, A. S. (1975:86), “To indicate that an activity or state was
continuing at the time when another activity occurred. The past
progressive Tense may be used. “
Artinya, untuk menunjukan bahwa suatu kejadian atau pernyataan sedang
berlangsung pada waktu kegiatan lain terjadi, dapat digunakan past
progressive tense (past continous tense).
2)
Menurut Komara, U. (2002:24), “Past continous tense is frequently used to
indicate that an action was in progress at a definte time in the past. “
Artinya, past continous tense sering
digunakan untuk menandakan bahwa suatu kejadian sedang berlangsung pada waktu
tertentu dimasa lampau.
Berdasarkan pengertian di atas, penulis menyimpulkan bahwa past continous tense adalah satu bentuk tenses yang dapat digunakan untuk menceritakan
kejadian yang sedang berlangsung dimasa lampau atau untuk menunjukan suatu
kejadian sedang berlangsung pada waktu kegiatan lain terjadi.
e.
Past Perfect Tense
Beberapa
pengertian mengenai Past perfect tense adalah sebagai berikut,
1) Menurut
Allen, W. Stannard (1974:137).
The
Past Perfect Tense is related to a moment in the past in the same way that the
present perfect is related to the present moment. i.e. it describes an action
completed before some special past moment we have in mind.
Artinya, Past perfect tense erat kaitannya dengan kejadian masa lampau,
seperti present perfect tense erat
kaitannya dengan kejadian pada saat sekarang, past perfect tense menggambarkan peristiwa yang telah selesai
dilakukan dimasa lampau yang tersimpan dalam pikiran kita.
2) Menurut
Murphy, Raymond(1990:44). “ We use the
past perfect to say that something had already happened before this time. “
Artinya, kita menggunakan past perfect
untuk menceritakan bahwa sutu peristiwa telah selesai dilakukan sebelum saat
ini tiba.
Penulis menyimpulkan bahwa past
perfect tense adalah salah satu bentuk tenses
yang digunakan untuk menceritakan peristiwa yang telah selesai dilakukan di
masa lampau yang tersimpan dalam pikiran kita dengan tidak ada hubungannya
dengan masa sekarang.
3. Hubungan
antara penguasaan Tenses dan
Kemampuan menulis Bahasa Inggris
Tenses
adalah bentuk kata kerja dalam bahasa inggris yang menunjukan suatu kejadian
atau perbuatan, dihubungkan dengan waktu saat kejadian atau perbuatan itu
diceritakan. Penguasaan tenses berarti
kepemilikan keterampilan dalam hal perubahan bentuk-bentuk kata kerja dalam
bahasa inggris yang menunjukan suatu kejadian atau perbuatan, dihubungkan
dengan waktu saat kejadian atau perbuatan itu diceritakan.
Menulis adalah perilaku kreatif
yang membutuhkan pemahaman atau merasakan sesuatu : sebuah pengalaman, cerita,
peristiwa untuk menuangkan ide, gagasan, perasaan dengan menggunakan bahasa tulis yang mewakili
bahasa yang dapat dimengerti orang lain
Untuk dapat menuangkan dan
menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan lewat tulisan dibutuhkan pola,
arahan, dan tahapan tertentu. Salahsatu teknik yang digunakan adalah penggunaan genre dalam pembelajaran bahasa
termasuk pembelajaran menulis bahasa Inggris.
Menolong naratif, sebagai salah satu perwujudan pembelajaran menulis
bahasa Inggris, berarti menuliskan sebuah kisah atau dongeng, dapat berupa
cerita rakyat, cerita binatang, legenda, atau cerita pendek yang didalamnya
menggambarkan serial kejadian baik fiktif maupun non-fiktif, dan memiliki
fungsi untuk menghibur.
Menuliskan kisah atau dongeng artinya menuliskan kejadian yang telah lalu.
Oleh karena itu, naratif berkaitan dengan past
tense yang terbagi menjadi simple
past tense, past continous tense, past perfect tense, past perfect continous
tense dan past future tense.
Dari penjelaan diatas,
dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis bahasa Inggris memerlukan penguasaan tenses. Lebih khusus, kemampuan menulis
cerita naratif teks memerlukan penguasaan
past tenses.
Writing
without knowing the tenses is laming, and tense without practicing is nothing.
4.
Penelitian
yang Relevan
Penelitian ini relevan
dengan skripsi yang ditulis oleh Gunarti, Irma (2010) yang berjudul “The
Correlation Between The Students’ Tenses Mastery and Their Speaking Ability ( A
case study at the The Eleventh Grade of SMAN7 Tasikmalaya). “
F.
Kerangka Berpikir
Keterampilan menulis bahasa Inggris adalah
sebuah kualitas perilaku kreatif yang membutuhkan pemahaman atau merasakan
sesuatu : sebuah pengalaman, cerita, peristiwa untuk menuangkan ide, gagasan
dalam bentuk bahasa tulis yang mewakili bahasa yang dapat dimengerti orang
lain. Menuliskan dongeng atau pengalaman sebagai suatu perwujudan interaksi,
dalam genre (ragam teks) termasuk
teks naratif, Menolong naratif berarti menuliskan sebuah kisah atau dongeng,
dapat berupa cerita rakyat, cerita binatang, legenda, atau cerita pendek yang
di dalamnya menggambarkan serial kejadian baik fiktif maupun non-fiktif, dan
memiliki fungsi untuk menghibur.
Penguasaan tenses berarti penguasaan keterampilan tentang perubahan bentuk-bentuk
kata kerja dalam bahasa Inggris yang menunjukan suatu kejadian atau perbuatan,
dihubungkan dengan waktu saat kejadian atau perbuatan itu diceritakan. Jika
suatu perbuatan dilakukan dimasa lampau, jenis tenses yang digunakan adalah bentuk past tense.
Menuliskan kisah atau dongeng artinya menuliskan kejadian yang telah
lalu. Oleh karena itu, naratif berkaitan erat dengan past tenses.
Dari penjelasan diatas, penulis menduga bahwa kemampuan menulis bahasa
Inggris memerlukan penguasaan tenses.
Lebih khusus, kemampuan menulis naratif teks memerlukan penguasaan past tenses.
G.
Definisi operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam
mengartikan istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, penulis
menjelaskan beberapa definisi operasional penelitian yang berkaitan dengan
judul, diantaranya adalah :
1.
Students’
Writing Ability : Kualitas kreatif siswa untuk dapat menulis
terutama dalam menuangkan /menyampaikan ide, gagasan, perasaan dan pikiran
dengan tujuan untuk menggambarkan ide, gagasan, perasaan tersebut dalam bentuk
bahasa tulis yang diwujudkan dalam writing
story yang di miliki oleh siswa kelas XI SMAN 7 Tasikmalaya tahun pelajaran
2011-2012 . Data diperoleh dari hasil tes yang diberikan oleh penulis.
2.
Students’
Tenses Mastery :Keterampilan
yang dimiliki oleh siswa kelas XI SMAN 7
Tasikmalaya tahun pelajaran 2011-2012 tentang perubahan bentuk-bentuk
kata kerja dalam bahasa Inggris yang menunjukan suatu kejadian atau perbuatan,
dihubungkan dengan waktu saat kejadian atau perbuatan itu diceritakan. Dalam
penelitin ini, tenses yang dibahas
adalah simple past tense, past continous tense, dan past perfect tense. Data diberikan dari
hasil tes yang diberikan.
H.
Hipotesis
Hipotesis penelitian ini, terdapat hubungan
yang signifikan antara penguasaan tenses
siswa kelas XI SMAN 7 Tasikmalaya dan kemampuan mereka dalam menulis bahasa
Inggris.
I.
Prosedur
Penelitian
1.
Metode
Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui apakah terdapat hubungan antara penguasaan tenses siswa dan kemampuan menulis bahasa Inggris mereka. Apabila
ada, selanjutnya dicari berapa kekuatan hubungan tersebut. Oleh karena itu,
penelitian ini mengguanakan metode deskriptip korelasional. Menurut Ruseffendi,
E. T. (2005:34), “Penelitian korelasional adalah penelitian yang berusaha untuk
melihat apakah antara dua variable atau lebih terdapat hubungan atau tidak. Dan
bila ada, berapa kekuatan hubungan itu.”
2.
Variabel
Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat dua
variable yaitu,
a. Variabel
bebas (variabel X) : Penguasaan
tenses siswa.
b. Variabel
terikat (variable Y) : kemampuan
menulis bahasa Inggris siswa.
3.
Teknik
Pengumpulan Data
Penelitian ini akan mengukur kemampuan tenses dan kemahiran menulis siswa
sehingga penelitian ini menggunakan tes sebagai teknik pengumpulan data.
Menurut Arikunto, Suharsimi (2006:150), “Tes adalah serentetan pertanyaan atau
latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. “
Dalam penelitian ini, tes yang diberikan dikelompokan menjadi dua jenis yaitu
tes tentang tenses yang dimaksudkan
untuk mengeahui penguasaan tenses
siswa dan tes writing yang
dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan siswa menulis bahasa Inggris.
4.
Instrumen
Penelitian
Instrumen
penelitian ini menggunakan tes. Tes dalam penelitian ini digunakan untuk
mengetahui penguasaan tenses siswa
yaitu mengenai penguasaan simple past
tense, past continous tense, dan past
perfect tense. Tes dibuat dalam bentuk objektiv tes yaitu multiple choice. Selain itu, untuk
mengetahui kemampuan menulis siswa, penulis melakukan writing test menggunakan…………
Sebelum tes mengenai tenses
diberikan kepada kelas sampel, penulis melakukan uji validitas dan uji
realibitas instrumen.
a. Validitas
Butir Soal
Dalam penelitian ini, sebelum instrument (tes objektif) diberikan kepada
sampel, terlebih dahulu diuji validitasnya. Menurut Best, John W. (1981;!97), “
A test is valid to the extend that is
measures what it claims to measure. “ Artinya, suatu tes dikatakan valid
jika mampu mengukur apa yang hendak diukur.
Untuk mengetahui validitas dari tiap butir soal, penulis menggunakan
rumus Pearson Product Moment Correlation
yaitukorelasi yang dianggap paling kuat karena memiliki tingkat kesalahan
paling kecil. Adapun rumus tersebut diatas adalah sebagai berikut:
|
Keterangan:
r =
koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
N =
banyaknya sampel
= jumlah nilai siswa yang menjawab
dengan benar
= jumlah semua nilai siswa.
= jumlah perkalian X dan Y
(Arikunto,
Suharsini, 2006:72)
b. Realibitas
Butir Soal
|
Keterangan:
= reliabilitas tes secara keseluruhan
= proporsi subjek yang menjawab item dengan
benar
= proporsi subjek yang menjawab item dengan
salah (q=1-p)
= jumlah hasil perkalian antara p dan q
= banyaknya item
= standar deviasi dari tes (standar deviasi
adalah akar varians)
(Arikunto, Suharsini, 2006:100)
5.
Populasi
dan Sampel
Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas XI SMAN 7 Tasikmalaya
tahun pelajaran 2011-2012 yang terdiri dari 6 kelas, berjumlah 236 siswa.
Untuk mengambil sampel dari populasi tersebut, penulis menggunakan cluster random sampling technique yaitu
pengambilan sampel secara acak berdasarkan kelas sehingga ditentukan siswa
kelas XIS1 yang berjumlah 39 siswa sebagai sampel dari penelitian ini.
6.
Langkah-langkah
Penelitian
Penelitian ini melalui beberapa langkah sebagai berikut :
a. Menentukan
rumusan masalah dan tujun penelitian;
b. Merumuskan
hipotesis penlitian;
c. Menentukan
populasi dan sampel;
d. Membuat
instrumen penelitian;
e. Melakukan
uji validitas dan reliabitas dengan memberikan tes kepada siswa non sampel ;
f. Memberikan
tes kepada kelompok sampel;
g. Menganalisis
data hasil tes;
h. Pengujian
hipotesis;
i.
Menyusun kesimpulan.
7.
Teknik
Pengolahan dan Analisis Data
Dalam pengolahan data dan analisis data, penulis menggunakan rumus
korelasi Pearson Product Moment
Correlation untuk mengetahui hubungan antara dua variable, yaitu sebagai
berikut:
|
Keterangan:
r =
koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
N =
banyaknya sampel
= jumlah nilai siswa yang menjawab
dengan benar
= jumlah semua nilai siswa.
(Nugraha, Endi, 1993:77)
8.
Waktu
dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan mei 2012, bertempat di SMAN 7
Tasikmalaaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar